Hukum Supply And Demand Dalam Investasi Saham

Hukum Supply and Demand
Dalam Investasi Saham

Hukum Supply And Demand Dalam Investasi Saham

Supply and Demand memang suatu istilah yang sangat kental dengan ilmu ekonomi. Pada dasarnya, supply and demand memang merupakan teori dalam ekonomi atau hukum ekonomi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa sehari-hari kita, supply and demand dikenal dengan hukum permintaan dan penawaran. Supply sendiri merupakan penawaran, dan demand merupakan permintaan.

Di kehidupan sehari-hari kita, khususnya di bidang perdagangan, supply and demand menjadi faktor penentu atas pergerakan harga suatu barang tertentu. Dimana ketika demand lebih tinggi dari supply, maka harga barang tertentu akan mengalami kenaikan, dan ketika supply lebih tinggi dari demand maka harga barang cenderung menurun. Contoh sederhana bisa kita lihat di kasus masker atau tabung oksigen di era pandemi covid 19, dimana jumlah permintaan (demand) terhadap masker/tabung oksigen yang meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersedian stok barang (supply), sehingga harga masker/tabung oksigen sempat melonjak.

Saya kira, hukum permintaan dan penawaran ini sudah banyak orang yang memahaminya, karena konsep dasarnya mudah dimengerti, ketika permintaan lebih tinggi maka harga akan naik, ketika penawaran lebih tinggi maka harga akan turun. Lalu apa hubungannya Supply and Demand ini dengan investasi saham?

Mengapa Harga Saham Naik Turun?

Kita yang baru memasuki dunia investasi khususnya saham, atau bisa dikatakan pemula, pastinya sempat berpikir atau bertanya-tanya, kenapa ya harga saham bisa naik turun? Kenapa saham ABCD harganya melejit? Dan kenapa harga saham EFGH harganya anjlok? Pada dasarnya jual beli saham tidak berbeda dengan jual beli barang pada umumnya, maka yang mempengaruhi naik turunnya harga saham tertentu ya tidak lain adalah adanya Supply and Demand. Ya, hukum permintan dan penawaran berlaku juga di pasar modal. Jadi, kalian harus memahami juga konsep Supply and Demand ini sebelum terjun di investasi saham ya.

Ilustrasinya begini, harga saham ABCD dalam beberapa hari mengalami kenaikan yang cukup signifikan, itu artinya banyak yang ingin membeli saham ABCD dikarenakan saham tersebut kemungkinan dalam sentimen positif, berita baik, atau laporan keuangan yang bagus, sehingga banyak investor yang ingin membeli saham tersebut, menyebabkan permintaan yang tinggi sehingga harga saham mengalami kenaikan. Sebaliknya, saham EFGH dalam keterpurukan karena catatan keuangan yang kurang bagus atau sektor industri emiten yg sedang melemah di era pandemi, sehingga harganya anjlok, ini bisa diartikan banyak yang ingin menjual saham EFGH sehingga penawaran/supply (jumlah lot yang ingin dijual investor) tinggi, maka harga mengalami penurunan yang tajam.

Saham Gratis Ajaib Sekuritas

Jadi, dalam transaksi pasar modal kita memang perlu memperhatikan keberadaan atau banyaknya, “investor yang ingin membeli” dan “investor yang ingin menjual”, merekalah para pelaku pasar modal yang mempengaruhi kondisi naik atau turunnya haga saham. Supply and Demand secara sederhana dapat dilihat dari chart, dimana candlestick hijau (harga naik) mewakili demand atau banyak permintaan beli saham, sedangkan candlestick berwarna merah (harga turun) menggambarkan kondisi banyak penawaran/supply atau orang yang menjual saham.

Selain dari candlestick chart, analisa supply and demand juga bisa kita lakukan melalui bid dan offer di kolom order book. Melalui bid dan offer kita bisa memperkirakan apakah suatu saham sedang banyak permintaan beli atau penawaran jual. Nah, apa sih bid dan offer itu? Silahkan simak penjelasan lanjutannya setelah artikel ini ya, atau bisa kamu klik gambar di bawah ini untuk menuju TKP.

Bid dan Offer Dalam Transaksi Saham